Senin, 25 Februari 2019

Peran Nutrisi dan Stimulasi bagi 33 Juta Anak Indonesia Agar Menjadi Generasi Maju


Sumber foto : Google Image

Tahukah Anda, berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia yang diterbitkan Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 2017 lalu, tercatat ada lebih dari 33 juta anak usia dini yang mendominasi piramida penduduk Indonesia. Data ini memperlihatkan bahwa Indonesia termasuk dalam kategori negara dengan struktur penduduk muda.

Lebih lanjut, data World Economic Forum tahun 2018 mengungkapkan Indonesia menempati posisi ke-45 dari 140 negara dalam indeks daya saing global. Maka dibutuhkan kesiapan negara demi menghadapi masa depan dengan memajukan ekonomi, kesehatan, dan stabilitas bangsa.

Masa depan Indonesia kini ada di tangan lebih dari 33 juta anak Indonesia. Jadi, 33 juta anak inilah yang akan menjadi penentu masa depan bangsa Indonesia dalam 15-20 tahun mendatang. Untuk menjadi generasi maju, ada dua hal yang sangat penting menjadi pondasi kuat. Kedua faktor tersebut adalah nutrisi optimal dan stimulasi tepat.

Nutrisi Optimal bagi Tumbuh Kembang Anak

Periode emas (golden age) anak merupakan masa-masa dimana otak anak berkembang sangat pesat dan paling cepat dalam menyerap informasi. Definisi golden age berbeda-beda , namun pada umumnya golden age ini berlangsung dalam rentang usia 0-6 tahun.
Dalam periode emas ini, peran serta orang tua sangat diperlukan dalam mendukung perkembangan anak agar perkembangan otaknya menjadi optimal. Peran orang tua pada periode emas disini dengan memastikan anak memperoleh nutrisi yang optimal.

Apa saja nutrisi optimal tersebut ?

Secara umum untuk tumbuh kembang anak, termasuk pertumbuhan dan perkembangan otak pada masa emas diperlukan zat gizi makro dan zat mikro.

Zat Gizi Makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah :
  • Protein
Protein merupakan zat gizi yang berfungsi sebagai zat pembangun. Dalam kaitannya dengan proses kerja otak, protein, terutama dalam bentuk asam amino seperti glisin glutamate dan tryptophan sangat diperlukan membentuk neurotransmitter penghantar impuls saraf dan mempengaruhi perilaku seperti emosi, control dan konsentrasi Asam amino esensial adalah jenis asam amino yang dibutuhkan namun tubuh justri tidak dapat memproduksi sendiri dan diperoleh dari asupan makanan, contohnya antara lain cystine dan lysine.

  • Lemak
Secara kimia, otak yang banyak mengandung membrane lemak. Khususnya untuk perkembangan otak, ahar otak dapat berfungsi dengan baik diperlukan asam lemak omega 3 dan omega 6. Omega 3 Asam alfa linoleat termasuk dalam kelompok asam lenak tak jenuh ganda rantai panjang (Long Chain Polyunsaturated Fatty Acid =LCPUFA). LCPUFA merupakan pembuat utama system saraf. Ekkurangan (defisiensi) omega 3 akan menyebabkan adanya gangguan pada system penglihatan, daya ingat, gangguan perilaku dan kekebalan tubuh. Omega 3 terdapat pada brokoli, bayam, daun selada, unggas dan beberapa ikan seperti tuna, salmon, sardine.
Omega 6 merupakan LCPUFA. Omega 6 diubah menjadi asam arakhidonat (AA). AA berfungsi sebagai penghantar rangsang antar sel saraf dan membantu perkembangan otak.
  • Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber zat atau energy. Energy sangat dibutuhkan otak sebagai sumber energy sel-sel otak dan pembentukan kabel saraf otak untuk proses berpikir. Karbohidrat juga berperan untuk menangkap dan menyimpan data dalam memori otak.

Zat Gizi Mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tapi ada dalam makanan seperti vitamin dan mineral.
  • Vitamin
Vitamin berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan otak bayi dan balita serta pembentukan dan pengembangan fungsi sel-sel otak seperti peran Vitamin A dalam membantu pembentukan dan pertumbuhan sel saraf. Vitamin A banyak terdapat pada wortel, hati sapi, hati, ayam, jeruk dan bayam
  • Mineral
Mineral adalah unsur pelengkap yang membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita. Jenis-jenis mineral yang dibutuhkan untuk perkembangan otak adalah sodium, potassium, kalsium, besi, seng, yodium dan klorida / sebut saja sodium, potassium dan kalsium berperan dalam proses neurotransmitter antara satu sel dengan sel saraf lain termasuk sel otak. Mineral lain yaitu zat besi (Fe) berfungsi untuk pembentukan myelin (selaput lemak pelindung akson). Zat besi juga berguna untuk kecepatan penghantar saraf, pemrosesan indormasi dan kecerdasan.


 Stimulasi Tepat untuk Anak Cerdas

Stimulasi merupakan rangsangan yang datang dari lingkungan luar anak. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang tearah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bakan tidak mendapat stimulasi.

Stimulasi yang harus diberikan selama masa tumbuh kembang anak antara lain stimulasi pada aspek fisik, kognitif, emosi, bahasa, dan sosial. Beberapa langkah memberikan stimulasi yang tepat bagi perkembangan anak sebagai berikut:

- Berikan mainan yang bermanfaat bagi perkembangan keterampilan anak seusia mereka

- Sering- seringlah membacakan buku bagi anak.

- Sering mengajak anak berdiskusi dan berbicara dua arah

- Berikan pujian pada anak pada capaian yang sudah dihasilkan. Hargai prosesnya. Jika anak masih ragu-ragu dan takut salah, dorong dan motivasi terus anak.

Demikianlah tulisan singkat tentang Nutrisi dan Stimulasi bagi 33 juta anak Indonesia agar menjadi Generasi Maju. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Sumber:

Indonesia sebagai negara berkembang tentu memiliki target untuk menjadi negara maju pada tahun 2045. Hal tersebut tertuang dalam Visi Indonesia 2045 yang diresmikan oleh Bappenas. Hingga kini, Indonesia telah memperlihatkan kemajuan dalam mewujudkan visi tersebut. Berdasarkan data The Global Competitiveness Index dari World Economic Forum, Indonesia berhasil naik ke peringkat 36, yang sebelumnya di peringkat 41 dari 138 negara. Peringkat tersebut ditentukan oleh 12 pilar, di antaranya adalah kualitas institusi, infrastruktur, makro-ekonomi, kesehatan, dan pendidikan dasar. Spesifik dalam segi ekonomi, kemajuan ini terlihat jelas dari data BPS yang menunjukkan penurunan angka kemiskinan sejak tahun 1999 hingga 2018. Pada tahun 1999 terdapat 23,43 persen atau 47,97 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia. Sedangkan pada tahun 2018, terdapat 9,82 persen atau 25,95 juta jiwa penduduk miskin. Selain kemajuan ekonomi, Indonesia juga mengalami peningkatan dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Data BPS menunjukkan indeks pembangunan TIK yang meningkat dari tahun 2015 sebesar 3,88 menjadi 4,99 pada tahun 2017. Lalu siapa yang menjadi pionir atas kemajuan bangsa ini? Benar saja, semua kemajuan yang telah dicapai bangsa ini merupakan hasil dari kemajuan sumber daya manusianya Bahkan pada tahun 2020-2035/6, BPS memperkirakan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Maksudnya, pada rentang tahun tersebut, sebagian besar komposisi penduduk Indonesia akan berada pada usia produktif, yaitu 15-60 tahun. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia yang diterbitkan pada tahun 2017 oleh Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, lebih dari 33 juta anak usia dini mendominasi piramida penduduk Indonesia. Tentunya, lebih dari 33 juta anak Indonesia ini akan menjadi fondasi penggerak roda kemajuan bangsa dalam dua dekade mendatang. Dalam rangka menghasilkan generasi yang berkualitas, maka diperlukan dukungan nutrisi yang tepat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "33 Juta Anak Indonesia, Fondasi Kuat untuk Wujudkan Kemajuan Bangsa", https://biz.kompas.com/read/2019/02/16/215058828/33-juta-anak-indonesia-fondasi-kuat-untuk-wujudkan-kemajuan-bangsa.

Indonesia sebagai negara berkembang tentu memiliki target untuk menjadi negara maju pada tahun 2045. Hal tersebut tertuang dalam Visi Indonesia 2045 yang diresmikan oleh Bappenas. Hingga kini, Indonesia telah memperlihatkan kemajuan dalam mewujudkan visi tersebut. Berdasarkan data The Global Competitiveness Index dari World Economic Forum, Indonesia berhasil naik ke peringkat 36, yang sebelumnya di peringkat 41 dari 138 negara. Peringkat tersebut ditentukan oleh 12 pilar, di antaranya adalah kualitas institusi, infrastruktur, makro-ekonomi, kesehatan, dan pendidikan dasar. Spesifik dalam segi ekonomi, kemajuan ini terlihat jelas dari data BPS yang menunjukkan penurunan angka kemiskinan sejak tahun 1999 hingga 2018. Pada tahun 1999 terdapat 23,43 persen atau 47,97 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia. Sedangkan pada tahun 2018, terdapat 9,82 persen atau 25,95 juta jiwa penduduk miskin. Selain kemajuan ekonomi, Indonesia juga mengalami peningkatan dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Data BPS menunjukkan indeks pembangunan TIK yang meningkat dari tahun 2015 sebesar 3,88 menjadi 4,99 pada tahun 2017. Lalu siapa yang menjadi pionir atas kemajuan bangsa ini? Benar saja, semua kemajuan yang telah dicapai bangsa ini merupakan hasil dari kemajuan sumber daya manusianya Bahkan pada tahun 2020-2035/6, BPS memperkirakan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Maksudnya, pada rentang tahun tersebut, sebagian besar komposisi penduduk Indonesia akan berada pada usia produktif, yaitu 15-60 tahun. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia yang diterbitkan pada tahun 2017 oleh Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, lebih dari 33 juta anak usia dini mendominasi piramida penduduk Indonesia. Tentunya, lebih dari 33 juta anak Indonesia ini akan menjadi fondasi penggerak roda kemajuan bangsa dalam dua dekade mendatang. Dalam rangka menghasilkan generasi yang berkualitas, maka diperlukan dukungan nutrisi yang tepat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "33 Juta Anak Indonesia, Fondasi Kuat untuk Wujudkan Kemajuan Bangsa", https://biz.kompas.com/read/2019/02/16/215058828/33-juta-anak-indonesia-fondasi-kuat-untuk-wujudkan-kemajuan-bangsa.

Indonesia sebagai negara berkembang tentu memiliki target untuk menjadi negara maju pada tahun 2045. Hal tersebut tertuang dalam Visi Indonesia 2045 yang diresmikan oleh Bappenas. Hingga kini, Indonesia telah memperlihatkan kemajuan dalam mewujudkan visi tersebut. Berdasarkan data The Global Competitiveness Index dari World Economic Forum, Indonesia berhasil naik ke peringkat 36, yang sebelumnya di peringkat 41 dari 138 negara. Peringkat tersebut ditentukan oleh 12 pilar, di antaranya adalah kualitas institusi, infrastruktur, makro-ekonomi, kesehatan, dan pendidikan dasar. Spesifik dalam segi ekonomi, kemajuan ini terlihat jelas dari data BPS yang menunjukkan penurunan angka kemiskinan sejak tahun 1999 hingga 2018. Pada tahun 1999 terdapat 23,43 persen atau 47,97 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia. Sedangkan pada tahun 2018, terdapat 9,82 persen atau 25,95 juta jiwa penduduk miskin. Selain kemajuan ekonomi, Indonesia juga mengalami peningkatan dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Data BPS menunjukkan indeks pembangunan TIK yang meningkat dari tahun 2015 sebesar 3,88 menjadi 4,99 pada tahun 2017. Lalu siapa yang menjadi pionir atas kemajuan bangsa ini? Benar saja, semua kemajuan yang telah dicapai bangsa ini merupakan hasil dari kemajuan sumber daya manusianya Bahkan pada tahun 2020-2035/6, BPS memperkirakan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Maksudnya, pada rentang tahun tersebut, sebagian besar komposisi penduduk Indonesia akan berada pada usia produktif, yaitu 15-60 tahun. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia yang diterbitkan pada tahun 2017 oleh Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, lebih dari 33 juta anak usia dini mendominasi piramida penduduk Indonesia. Tentunya, lebih dari 33 juta anak Indonesia ini akan menjadi fondasi penggerak roda kemajuan bangsa dalam dua dekade mendatang. Dalam rangka menghasilkan generasi yang berkualitas, maka diperlukan dukungan nutrisi yang tepat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "33 Juta Anak Indonesia, Fondasi Kuat untuk Wujudkan Kemajuan Bangsa", https://biz.kompas.com/read/2019/02/16/215058828/33-juta-anak-indonesia-fondasi-kuat-untuk-wujudkan-kemajuan-bangsa.


Indonesia sebagai negara berkembang tentu memiliki target untuk menjadi negara maju pada tahun 2045. Hal tersebut tertuang dalam Visi Indonesia 2045 yang diresmikan oleh Bappenas. Hingga kini, Indonesia telah memperlihatkan kemajuan dalam mewujudkan visi tersebut. Berdasarkan data The Global Competitiveness Index dari World Economic Forum, Indonesia berhasil naik ke peringkat 36, yang sebelumnya di peringkat 41 dari 138 negara. Peringkat tersebut ditentukan oleh 12 pilar, di antaranya adalah kualitas institusi, infrastruktur, makro-ekonomi, kesehatan, dan pendidikan dasar. Spesifik dalam segi ekonomi, kemajuan ini terlihat jelas dari data BPS yang menunjukkan penurunan angka kemiskinan sejak tahun 1999 hingga 2018. Pada tahun 1999 terdapat 23,43 persen atau 47,97 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia. Sedangkan pada tahun 2018, terdapat 9,82 persen atau 25,95 juta jiwa penduduk miskin. Selain kemajuan ekonomi, Indonesia juga mengalami peningkatan dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Data BPS menunjukkan indeks pembangunan TIK yang meningkat dari tahun 2015 sebesar 3,88 menjadi 4,99 pada tahun 2017. Lalu siapa yang menjadi pionir atas kemajuan bangsa ini? Benar saja, semua kemajuan yang telah dicapai bangsa ini merupakan hasil dari kemajuan sumber daya manusianya Bahkan pada tahun 2020-2035/6, BPS memperkirakan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Maksudnya, pada rentang tahun tersebut, sebagian besar komposisi penduduk Indonesia akan berada pada usia produktif, yaitu 15-60 tahun. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia yang diterbitkan pada tahun 2017 oleh Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, lebih dari 33 juta anak usia dini mendominasi piramida penduduk Indonesia. Tentunya, lebih dari 33 juta anak Indonesia ini akan menjadi fondasi penggerak roda kemajuan bangsa dalam dua dekade mendatang. Dalam rangka menghasilkan generasi yang berkualitas, maka diperlukan dukungan nutrisi yang tepat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "33 Juta Anak Indonesia, Fondasi Kuat untuk Wujudkan Kemajuan Bangsa", https://biz.kompas.com/read/2019/02/16/215058828/33-juta-anak-indonesia-fondasi-kuat-untuk-wujudkan-kemajuan-bangsa.
Indonesia sebagai negara berkembang tentu memiliki target untuk menjadi negara maju pada tahun 2045. Hal tersebut tertuang dalam Visi Indonesia 2045 yang diresmikan oleh Bappenas. Hingga kini, Indonesia telah memperlihatkan kemajuan dalam mewujudkan visi tersebut. Berdasarkan data The Global Competitiveness Index dari World Economic Forum, Indonesia berhasil naik ke peringkat 36, yang sebelumnya di peringkat 41 dari 138 negara. Peringkat tersebut ditentukan oleh 12 pilar, di antaranya adalah kualitas institusi, infrastruktur, makro-ekonomi, kesehatan, dan pendidikan dasar. Spesifik dalam segi ekonomi, kemajuan ini terlihat jelas dari data BPS yang menunjukkan penurunan angka kemiskinan sejak tahun 1999 hingga 2018. Pada tahun 1999 terdapat 23,43 persen atau 47,97 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia. Sedangkan pada tahun 2018, terdapat 9,82 persen atau 25,95 juta jiwa penduduk miskin. Selain kemajuan ekonomi, Indonesia juga mengalami peningkatan dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Data BPS menunjukkan indeks pembangunan TIK yang meningkat dari tahun 2015 sebesar 3,88 menjadi 4,99 pada tahun 2017. Lalu siapa yang menjadi pionir atas kemajuan bangsa ini? Benar saja, semua kemajuan yang telah dicapai bangsa ini merupakan hasil dari kemajuan sumber daya manusianya Bahkan pada tahun 2020-2035/6, BPS memperkirakan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Maksudnya, pada rentang tahun tersebut, sebagian besar komposisi penduduk Indonesia akan berada pada usia produktif, yaitu 15-60 tahun. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia yang diterbitkan pada tahun 2017 oleh Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, lebih dari 33 juta anak usia dini mendominasi piramida penduduk Indonesia. Tentunya, lebih dari 33 juta anak Indonesia ini akan menjadi fondasi penggerak roda kemajuan bangsa dalam dua dekade mendatang. Dalam rangka menghasilkan generasi yang berkualitas, maka diperlukan dukungan nutrisi yang tepat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "33 Juta Anak Indonesia, Fondasi Kuat untuk Wujudkan Kemajuan Bangsa", https://biz.kompas.com/read/2019/02/16/215058828/33-juta-anak-indonesia-fondasi-kuat-untuk-wujudkan-kemajuan-bangsa.


Indonesia sebagai negara berkembang tentu memiliki target untuk menjadi negara maju pada tahun 2045. Hal tersebut tertuang dalam Visi Indonesia 2045 yang diresmikan oleh Bappenas. Hingga kini, Indonesia telah memperlihatkan kemajuan dalam mewujudkan visi tersebut. Berdasarkan data The Global Competitiveness Index dari World Economic Forum, Indonesia berhasil naik ke peringkat 36, yang sebelumnya di peringkat 41 dari 138 negara. Peringkat tersebut ditentukan oleh 12 pilar, di antaranya adalah kualitas institusi, infrastruktur, makro-ekonomi, kesehatan, dan pendidikan dasar. Spesifik dalam segi ekonomi, kemajuan ini terlihat jelas dari data BPS yang menunjukkan penurunan angka kemiskinan sejak tahun 1999 hingga 2018. Pada tahun 1999 terdapat 23,43 persen atau 47,97 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia. Sedangkan pada tahun 2018, terdapat 9,82 persen atau 25,95 juta jiwa penduduk miskin. Selain kemajuan ekonomi, Indonesia juga mengalami peningkatan dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Data BPS menunjukkan indeks pembangunan TIK yang meningkat dari tahun 2015 sebesar 3,88 menjadi 4,99 pada tahun 2017. Lalu siapa yang menjadi pionir atas kemajuan bangsa ini? Benar saja, semua kemajuan yang telah dicapai bangsa ini merupakan hasil dari kemajuan sumber daya manusianya Bahkan pada tahun 2020-2035/6, BPS memperkirakan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Maksudnya, pada rentang tahun tersebut, sebagian besar komposisi penduduk Indonesia akan berada pada usia produktif, yaitu 15-60 tahun. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia yang diterbitkan pada tahun 2017 oleh Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, lebih dari 33 juta anak usia dini mendominasi piramida penduduk Indonesia. Tentunya, lebih dari 33 juta anak Indonesia ini akan menjadi fondasi penggerak roda kemajuan bangsa dalam dua dekade mendatang. Dalam rangka menghasilkan generasi yang berkualitas, maka diperlukan dukungan nutrisi yang tepat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "33 Juta Anak Indonesia, Fondasi Kuat untuk Wujudkan Kemajuan Bangsa", https://biz.kompas.com/read/2019/02/16/215058828/33-juta-anak-indonesia-fondasi-kuat-untuk-wujudkan-kemajuan-bangsa.

Jumat, 08 Februari 2019

Mitos dan Fakta Seputar Penanganan Penyakit pada Anak





Ketika anak yang masih di bawah usia satu tahun demam, pernah tidak pembaca mendapat tanggapan dari keluarga atau tetangga seperti ini, "Ah... itu mah sumeng karena mau tumbuh gigi itu.." atau "Tenang saja... diarenya karena mau tambah pinter/bisa nya..." Apa pernah...?
Sebagai orang tua yang belum berpengalaman, mungkin mendapat masukan seperti kalimat di atas malah membuat jadi bingung. Apa benar seperti itu...? Tidak jarang pula para ibu panik ketika anak menunjukkan suatu gejala penyakit. Padahal seharusnya alih-alih panik, Ibu harus sigap dalam melakukan tindakan pertolongan pertama pada anak sakit. Ibu justru harus tenang dalam berpikir dan bertindak agar penyakit anak tidak semakin parah.
Untuk menentukan sikap, tentunya para orang tua membutuhkan referensi mengenai penanganan penyakit pada anak.
Beberapa mitos dan fakta yang seringkali keliru saat mengambil tindakan pertama pada anak dan perlu dicermati orang tua :
1. Terlambat Jalan
Mitos : Karena Anak lebih dulu bicara
Fakta : Kedua hal ini tidak berhubungan. Jika anak terlambat jalan, berarti kemampuan motorik dan keseimbangannya yang kurang baik.
Namun demikian, tidak perlu terlalu panik jika anak kita tumbuh kembangnya terlihat berbeda dibanding anak seusianya. Menurut dr. Herlina Sp. A, mengetahui faktor genetik dan stimulasi yang sesuai untuk perkembangan motorik anak sangat diperlukan. Selain iut perlu dikonsultasikan kepada dokter ahli guna mendapat penanganan yang tepat.
2. Demam
Mitos : Kompres air es
Fakta: Justru Kompres dengan air hangat, karena kompres air es justru meningkatkan suhu tubuh. Selain itu, harus diberi cukup cairan agar tidak dehidrasi.
3. Kejang Demam
Sebagian besar kejang demam pada bayi usia 6 bulan hingga anak umur 5 tahun. Sejumlah orang tua percaya bahwa kopi dapat mencegah kejang. Namun, tidak disarankan untuk memberikan kopi kepada anak karena metabolisme tubuh anak belum sempurna. Ekskresi kafein pada anak lebih lambat, sehingga efeknya bekerja lebih lama di tubuh.
4. Gondongan
Mitos: Diobati dengan blau
Fakta: Gondongan disebabkan oleh virus. Diobati berdasarkan gejala yang ada, istirahat di rumah, dan diberi vitamin.
Saat menghadapi anak sakit, sangat penting bagi para orang tua untuk segera mengkonsultasikan kondisi anaknya kepada tenaga media yang terpercaya. Jangan mudah percaya pada mitos atau kata orang awam.
Jika memang belum memungkinkan untuk langsung ke layanan kesehatan, orang tua dapat mengunjungi website kesehatan terpercaya misalnya mayoclinic.org dan sebagainya.